Jumat, 30 Mei 2014

NKRI DI ATAS NERACA



NKRI DI ATAS NERACA;
Sebuah Refleksi Kedaulatan, Ketahanan, dan Kesejahteraan Negara
oleh:  Nur Lailatun Ni'mah

Indonesia merupakan negara maritim atau kepulauan terbesar di dunia yang antara pulau satu dengan pulau lainnya dipisahkan oleh laut. Sebagai sebuah negara maritim Indonesia memiliki nilai strategis yang memperoleh pengakuan dari dunia internasional.
Laut bagi bangsa Indonesia memiliki arti sebagai medium pertahanan dan keamanan negara yang berorientasi pada perkembangan lalu lintas laut dan jenis kapal yang beraneka ragam dengan segala macam dampaknya bagi negara Indonesia. Selain itu, laut juga sebagai medium harapan masa depan. Hal itu karena secara ekonomis, laut dapat mencadangkan sumber-sumber kekayaan laut.
Dengan jumlah dan jenis kekayaan laut yang beragam serta letak Indonesia pada posisi silang jalur laut menyebabkan kerawanan yang diakibatkan oleh konflik antarindividu maupun negara dalam menyelenggarakan kepentingan masing-masing. Konflik ini semakin tajam manakala manusia menyadari bahwa sumber daya alam di darat semakin berkurang dan kemajuan IPTEK kelautan lebih menjanjikan untuk melaksanakan eksploitasi dan eksplorasi di laut. Penegakan kedaulatan di laut tidak dapat dilaksanakan tanpa memahami batas wilayah / wilayah teritorial serta peraturan-peraturan perundangan yang mendasari penegakan kedaulatan tersebut yang secara keseluruhan pada hakekatnya bersifat dan bertujuan untuk ketertiban, keamanan (security), dan kesejahteraan (prosperity) dengan memperhatikan hubungan internasional (international relation).
Pada era globalisasi, kejahatan di perbatasan Indonesia dengan negara tetangga justru tampak terabaikan. Perbatasan seolah teralienasi dari hiruk-pikuk kemajuan negara. Hal tersebut akan menguntungkan pelaku kejahatan lintas negara. Hampir semua jenis kejahatan tingkat lintas negara yang bernilai ekonomi tinggi memanfaatkan kelemahan di kawasan perbatasan.
Penetapan dan penegakan batas wilayah merupakan hal yang sangat krusial karena menyangkut kedaulatan wilayah Indonesia di laut. Aspek perekonomian (pemanfaatan sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan kelautan), dan aspek hankam serta stabilitas kawasan merupakan hal yang fital dalam sebuah sistem kenegaraan.
Ini merupakan sebuah ironi jika Indonesia sebagai pelopor konsep negara kepulauan lantas nantinya tertinggal dalam pengamanan kedaulatan wilayahnya. Sekiranya hal ini terjadi maka posisi Indonesia secara geopolitik akan lemah. Jika sudah lemah dapat memicu berbagai sengketa di wilayah laut yang sulit diatasi, apalagi dengan kekuatan militer maritim yang demikian kecil. Peristiwa Sipadan/Ligitan dan peristiwa Ambalat merupakan peringatan dini terhadap kemungkinan masalah lebih besar di kemudian hari.
Wilayah laut yang demikian luas dengan pulau-pulau yang mayoritas kecil memberikan akses pada sumber daya alam seperti ikan dan terumbu karang, minyak dan gas bumi, serta mineral. Akses-akses itu merupakan kekayaan biologi yang bernilai ekonomi tinggi. Selain itu, laut juga dapat dimanfaatkan sebagai wilayah wisata bahari yang tidak kalah ekonomisnya dengan hal-hal di atas. Namun sayangnya keuntungan yang luar biasa di atas sebagai konsekuensi jati diri bangsa nusantara tidak disertai dengan kesadaran dan kapasitas yang sepadan. Bangsa Indonesia masih mengidap kerancuan identitas. Di satu pihak, Indonesia mempunyai persepsi kewilayahan tanah air, tetapi memosisikan diri secara kultural sebagai bangsa agraris dengan puluhan juta petani miskin yang belum sanggup disejahterakan,
               Berbagai rencana di bidang kelautan dan kemaritiman dibuat dan dideklarasikan, namun kelembagaan kelautan, pembangunan perekonomian maritim dan pembangunan sumber daya manusia belum pernah dijadikan arus utama pembangunan nasional yang didominasi oleh kepentingan daratan semata. Dewan Kelautan Nasional memang dibuat tetapi dengan mandat terbatas dan menduduki hirarki yang tidak signifikan dalam kelembagaan pemerintahan.
               Di balik semua itu, masyarakat di sekitar perbatasan sampai saat ini  masih mengalami nasib yang memperihatinkan karena minimnya perhatian pemerintah. Perbedaan mencolok terlihat antara masyarakat wilayah pusat dengan wilayah perbatasan dan sekitarnya. Di wilayah perbatasan tampak bangunan sangat sederhana atau kasarnya disebut gubuk. Kondisi jalan juga memprihatinkan dan infrastruktur yang ada jelas tidak sedap dipandang mata, bahkan bisa memilukan hati. Sebaliknya, di wilayah pusat, terdapat jalan berhotmix dua arah dan banyak bangunan megah, bahkan jika malam tiba, jutaan lampu warna-warni berkelap-kelip memancarkan keindahan yang bisa menarik siapa pun untuk mengunjunginya. Namun di kawasan perbatasan, hanya ada penerangan sekedarnya menggunakan penerangan dengan minyak gas, damar dan sejenisnya. Hal itu menyebabkan desa-desa tersebut pada umumnya masih sangat terisolir, tertinggal, dan terbelakang dengan tingkat kesejahteraan penduduk rendah. Fenomena itu disebabkan terbatasnya ketersediaan sarana transportasi, informasi, dan komunikasi. Kondisi ini berakibat pada ketergantungan hidup penduduk perbatasan dengan negara tetangga masih sangat tinggi,
               Sungguh ironi memang, kondisi inilah yang membuat banyak warga Indonesia di perbatasan memiliki identitas atau ber-KTP ganda, yakni satu identitas bewarga negara Indonesia, sedangkan identitas lainnya tercatat sebagai warga negara tetangga. Hal ini dilakukan warga agar mereka mudah keluar dan masuk ke negeri orang, karena di negeri itu tercukupi segala kebutuhan yang diinginkan, baik untuk keperluan jual beli maupun keperluan pribadi, bahkan yang lebih mencengangkan dan harus menjadi perhatian pemerintah pusat dan daerah, banyak warga perbatasan yang eksodus (bersama-sama orang banyak pindah warga negara).
               Persoalan yang mendera warga di daerah perbatasan itu akibat dari keterisoliran mereka yang dibiarkan selama puluhan tahun oleh pemerintah. Selain itu batas kepulauan yang ada di Indonesia selama ini tidak dilengkapi dengan pagar atau pembatas yang menjadi rambu-rambu bagi negara lain jika memasuki wilayah NKRI. Akibatnya, sering terjadi insiden warga negara asing memasuki wilayah teritorial Indonesia baik di kawasan darat maupun laut.
Untuk mengatasi ini, pemerintah tidak bisa bekerja sendiri, namun perlu campur tangan masyarakat pedalaman (perbatasan), sehingga perbatasan bukan menjadi pintu belakang seperti yang terjadi selama ini, namun perbatasan harus menjadi beranda depan negara. Penanganan perbatasan bukan hanya menjadi isu kabupaten dan provinsi, namun juga menjadi permasalahan nasional, bahkan telah menjadi isu internasional.
Masalah yang cukup komplek dan berat antarawilayah pusat dan perbatasan yang terlihat yaitu berupa:
1. Kesenjangan dalam perkembangan sosial ekonomi yang mencolak antarwilayah, antardesa, antarkota, dan antarsektor ekonomi.
2. Kurangnya peranan dan keterkaitan sektor moderen terhadap sektor tradisional.
3. Terbatasnya sumber daya manusia baik secara kualitas maupun kuantitas.
4. Masih rendahnya tingkat aksesibilitas wilayah dan kurangnya kemudahan terhadap fasilatas berusaha, sehingga menjadi kendala menarik investasi.
5. Terbatasnya infrastruktur berupa sarana dan prasarana.
6. Keadaan topografi yang berat, sebagian besar gunung-gunung, sehingga sulit dijangkau program pembangunan.
Nasib warga di perbatasan yang sangat memprihatinkan dapat ditilik melalui fasilitas pendidikan, kesehatan, dan lainnya yang masih minim. Masih banyak desa yang terisolir karena tidak memiliki akses jalan darat. Bahkan ada beberapa desa yang tidak bisa ditempuh melalui jalan air maupun jalan darat, sehingga untuk mencapai daerah tertentu harus menggunakan pesawat terbang.
Melihat realita kawasan perbatasan tersebut tentu saja akan menjadi pemicu munculnya rasa prihatin dari semua pihak yang peduli dan menaruh perhatian terhadap pembangunan kawasan perbatasan. Hali itu mengingat betapa penting dan strategisnya peranan kawasan perbatasan, baik dari sudut pandang ekonomi, sosial, budaya maupun dari sudut pandang pertahanan dan keamanan serta kedaulatan negara.
Dari segala bentuk permasalahan baik politik, agama, sosial, ekonomi maupun kemanusiaan, sebenarnya memiliki persamaan yakni dimulai dari ketidakadilan yang diterima oleh masyarakat Indonesia pada umumnya sehingga menimbulkan ketidakpuasan terhadap pemerintah pusat. Kondisi itulah yang membuat munculnya gerakan separatisme yang mengemuka di daerah-daerah perbatasan. Mereka memperjuangkan haknya dengan jalan pintas seperti yang dilakukan oleh Papua dan Aceh.
Untuk mencegah ancaman disintegrasi bangsa harus diciptakan stabilitas keamanan yang mantap dan dinamis dalam rangka mendukung integrasi bangsa serta menegakkan peraturan hukum sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Lemahnya penegakan hukum serta sistem keamanan wilayah perbatasan harus menjadi perhatian utama. Pengamanan wilayah NKRI harus dilakukan melalui pendekatan beberapa aspek, terutama aspek demarkasi dan delimitasi garis batas negara. Pengamanan wilayah NKRI juga dapat dilakukan melalui pendekatan pembangunan kesejahteraan, politik, hukum, dan keamanan dalam program pembangunan nasional. Pembangunan nasional yang diharapkan dapat menghasilkan kemajuan di berbagai bidang kehidupan masyarakat.
Di sadari atau tidak, peran masyarakat daerah perbatasan sebenarnya memiliki peranan sentral dalam proses pertahanan dan keamanan negara, khususnya di wilayah perbatasan. Sebenarnya dalam proses penjagaan di daerah perbatasan tidaklah perlu mengerahkan tentara yang banyak untuk berjaga di sana. Cukup berilah perhatian penuh pada masyarakat tertinggal yang hidup di perbatasan tersebut, cukupi kebutuhannya dan buka akses jalan, berikan teknologi dan  pendidikan yang layak, buat mereka percaya terhadap pemerintah dan tumbuhkan semangat cinta tanah air dalam benak mereka. Jika sudah demikian maka tanpa disuruh  mereka akan dengan sendirinya menjaga pulau dan daerah mereka dari ancaman negara luar dengan sendirinya.
Selain itu, untuk meningkatkan dan mengembangkan sektor pertanian yang ada di daerah perbatasan, pemerintah bisa memberdayakan penduduk yang ada di perbatasan dengan membuat pos-pos penjagaan yang tidak hanya dijaga oleh tentara saja, melainkan warga setempat juga. Berilah pengertian pada masyarakat setempat bahwa orang asing selama ini telah memanfaatkan bumi Indonesia. Selain itu, pos-pos yang dibangun di sekitar daerah perbatasan bisa dimanfaatkan untuk kepentingan umum, misalnya dengan membuka akses perdagangan laut, dengan melakukan proses jual beli, dan membuka pasar-pasar tradisional. Jika hal itu diterapkan dan dikelola dengan baik, maka akan terjalin hubungan yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Warga bisa mendapat keuntungan materil, para anggota TNI bisa melakukan pengawasan dengan baik, dan negara asing pun jika ingin melakukan jual beli di daerah perbatasan juga di perbolehkan. Dengan hal itu, kita bisa mewujudkan keutuhan bangsa Indonesia yang bersatu, demokratis, adil, makmur, dan sejahtera secara merata di seluruh pelosok tanah air

MENDIDIK REMAJA YANG STRATEGIS BUKAN TRAGIS



MENDIDIK REMAJA YANG STRATEGIS BUKAN TRAGIS
Oleh : Nur Lailatun Ni’mah

Akhir-akhir ini masalah kenakalan remaja merupakan masalah kompleks yang terjadi di berbagai kota di Indonesia. Di era modern ini kenakalan remaja meningkat melebihi batas sewajarnya, sejalan dengan arus globalisasi dan teknologi yang semakin berkembang. Dunia teknologi yang canggih, yang semestinya diciptakan untuk menambah wawasan malah berakibat pada moral yang jelek. Banyak anak di bawah umur yang sudah mengenal rokok, narkoba, free sex, dan terlibat tindakan criminal lainnya. Menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengatakan bahwa dari 100 remaja yang diteliti, 51 remaja di antaranya sudah tidak perawan lagi. Selain itu, berdasarkan data Gerakan Nasional Anti Narkotika menyebutkan bahwa sebanyak 921.695 orang atau sekitar 4,7% dari total remaja atau pelajar di Indonesia merupakan pengguna narkoba.
Fakta diatas sudah tidak dapat dipungkiri lagi bahwa kasus-kasus kenakalan remaja semakin meningkat seiring berkembangnya arus globalisasi dan teknologi yang semakin canggih. Inilah nasib tragis yang harus dihadapi oleh seorang remaja. Jika kita sedikit menilik ke belakang, remaja zaman dulu merupaka remaja yang strategis, yaitu remaja yang mampu menempatkan diri pada pada posisi sentral dalam kehidupan, berkarakter, kritis dan cerdas. Remaja atau pemuda zaman dulu dalam setiap fase sejarah, adalah sebagai motor penggerak perubahan zaman. Akan tetapi, jika dibandingkan dengan saat ini, kita lihat banyaknya sistem kawula muda yang mengadopsi gaya ala barat (westernisasi) dimana etika ketimuran telah pupus. Remaja saat ini cenderung mengedepankan emosi dan hawa nafsu. Sehingga banyak kita lihat kasus-kasus tawuran antar remaja. Narkoba bahkan sering kita mendengar kata-kata MBA (Married by Accident). MBA tampaknya sudah menjadi trend di kalangan remaja saat ini, dimana melakukan hubungan seks sebelum menikah dianggap tradisi bahkan ada yang tidak segan-segan untuk merekam kemudian disebarkan dan ditonton di khalayak ramai.Bukankah ini nasib tragis dan tanda kehancuran  bagi remaja? Jawabannya tentu iya.
Lantas langkah apa yang harus kita lakukan untuk menyelematkan remaja dari kehancuran? Bagaimana kita bisa mendidik remaja yang strategis dan bukan tragis? Langkah pertama yang harus kita lakukan adalah mengidentifikasi akar permasalahan atau penyebab terjadinya kenakalan remaja. Dalam hal ini, semua bisa terjadi karena adanya beberapa faktor pemicu di antaranya : Adanya masalah atau konflik yang dipendam dan krisis identitas. kurangnya pengawasan dan kasih sayang orang tua, gagalnya proses pendidikan di sekolah.
Masa remaja adalah masa dimana seseorang mencari jati diri, perasaannya cenderung labil dan sulit untuk mengatur emosi. Sehingga masa remaja rentan terhadap konflik-konflik kehidupan. Konflik timbul dari kekesalan-kekesalan kecil yang dipendam dan suatu saat akan meledak menjadi konflik atau pertentangan hebat. Seorang remaja yang gagal menyelesaikan konfliknya akan lari pada minum-minuman keras dan narkoba yang dianggapnya sebagai solusi terbaik untuk mengatasi semua permasalahan yang dihadapi. Disamping itu, kenakalan remaja dipicu juga karena adanya krisis identitas. Pada masa remaja inilah sering muncul perilaku negatif. Berawal dari perasaan tidak mampu dan berharga, mereka mengkompensasiskannya dengan tindakan lain yang seolah-olah membuat dia lebih berharga. Misalnya dengan mencari pengakuan dan perhatian dari lingkungan dan teman-temannya. Dari sinilah muncul penyalahgunaan narkoba atau perkelahian antar remaja demi mendapatkan pengakuan dari lingkungannya
Kenakalan remaja biasanya dilakukan oleh remaja-remaja yang gagal dalam, menjalani proses-proses perkembangan jiwanya, baik pada saat remaja maupun pada masa kanak-kanaknya. Bobroknya moral seorang anak dan remaja bisa diakibatkan salah satu kesalahan dari orangtuanya seperti dalam hal mendidik anak terlalu keras, keluarga yang sedang bermasalah (broken home). Di sinilah peran penting orang tua dalam mengontrol dan mengawasi sang buah hati, banyak orang tua saat ini berfikir bahwa dengan fasilitas dan materi yang mereka berikan sudah cukup mewakili dalam menggantikan peran mereka di rumah, padahal. Padahal yang sangat remaja butuhkan adalah perhatian dan kasih sayang dari kedua orangtua mereka. Yang perlu diingat oleh kedua orang tua adalah jika seorang anak atau remaja kurang mendapatkan perhatian dari orang tua, besar kemungkinan dia akan menjadi seorang anak dan remaja yang temperamental. Sang anak menjadi bebas dalam melakukan segala hal, baik itu dalam hal kebaikan maupun keburukan.
Selain itu juga gagalnya proses pendidikan / pembelajaran dapat memicu terjadinya kenakalan remaja. Karena pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia khususnya para remaja, karena dengan pendidikan dapat mengubah sesuatu yang tidak baik menjadi lebih baik. Pendidikanlah yang menjadi indikator yang pertama dan yang paling utama.  Dimana pendidikan menjadi sebuah sumber dari segala pengetahuan dan pelbagai keilmuan yang dibutuhkan oleh manusia dalam membangun suatu bangsa Semakin tinggi nilai keilmuan, maka semakin maju pula peradaban, yang berarti majunya suatu bangsa. Akan tetapi pendidikan yang ada saat ini. Banyak mengalami pembelokan. Ditinjau dari definisi saja, pendidikan yang semula merupakan bentuk bimbingan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan kapasitas diri kini menjadi suatu bentuk identitas derajat social. Banyak pribadi yang mengenyam pendidikan agar tidak kalah gengsi, sekedar untuk mendapatkan status pendidikan.
Lembaga-lembaga formal dan non-formal pun sekedar menjadi tempat singgah dari rumah kembali lagi ke rumah. Dan proses pembelajaran sekedar menjadi pengisi waktu luang. Pelaksanaan proses pendidikan kini telah menjadi sebuah proses yang tidak mengalami perubahan alias monoton. Guru datang ke sekolah untuk mengajar. Dan cara pengajaran yang sama. Begitu pula dengan siswa. Datang ke sekolah, mendengarkan penjelasan lalu pulang ke rumah. Sebuah proses pembelajaran yang berlangsung tanpa adanya perubahan. Hingga puncaknya kita lihat akhir-akhir ini media massa sering memberitakan berbagai tindak kriminal yang terfadi di lembaga pendidikan, terutama lembaga formal. Seperti perkelahian antar-pelajar, pelecehan seksual, moral guru terhadap murid, perekaman video porno pelajar, tindak kekerasan antar-pelajar untuk dapat menjadi anggota sebuah geng. Hal ini menunjukkan bahwa dunia pendidikan yang tadinya di harapkan mampu meminimalisir terjadinya kenakalan remaja malah menjadi wadah atau media sebagai pemicu terjadinya kenekalan-kenakalan remaja lainnya.
Solusi terbaik untuk mendidik remaja yang strategis yaitu kita harus merubah sistem pendidikan. Baik pendidikan melalui guru (pendidik di sekolah) maupun orang tua (pendidik di rumah). Bagi orang tua, mereka harus menyadari bahwa pada intinya seorang remaja melakukan kenakalan-kenakalan atau tindak criminal itu didasari karena mereka ingin diperhatikan dan dianggap penting (diakui) oleh lingkungan di sekitarnya. Dalam hal ini orang tua mengambil peran penting dalam mendidik anaknya. Karena dengan perhatian dan tindakan kecil yang mereka lakukan akan berpengaruh pada pesikologis anak. Hal sederhana yang bisa di lakukan orang tua seperti saat anak pulang sekolah sambutlah dia dengan antusias, tanyakan bagaimana pelajarannya di sekolah, bagaimana PR-nya, dekati dia ajaklah dia untuk saling bercerita, jika melihat anak sedang murung, tanyakan dia apa masalahnya, sehingga orang tua bisa mengetahui bagaimana kondisi sang anak dan memberikan solusi terbaik untuk mereka. Dengan hal ini dapat membantu mencegah anak-anak untuk beralih mendekati narkoba / miras untuk mengatasi segala masalahnya.
Hal terpenting yang harus diingat bagi orang tua yaitu jangan sekali-kali berharap anaknya menjadi baik jika orang tuanya sendiri belum baik. Kadang-kadang orang tua sering menuntut banyak hal dari sang anak akan tetapi mereka lupa memberikan contoh yang baik bagi si anak. Misalnya, orang tua melarang anak untuk merokok, tapi mereka sendiri merokok. Orang tua melarang anaknya bertengkar, tapi mereka sendiri bertengkar dan berebut kekayaan (harta gono gini) di depan anaknya, jika sudah begini, bagaimana anak tumbuh dengan baik? Tanpa disadari anak atau remaja sering kali belajar melalui contoh yang mereka lihat sehari-hari. Belajar melalui contoh biasanya lebih besar peranannya daripada yang kita duga. Jadi jika anda ingin melihat anak dapat tumbuh dengan baik, maka berilah contoh yang baik pula.
Selain orang tua, pendidikan juga memegang peranan penting terhadap kehidupan pemuda. Namun, pendidikan macam apa yang sepatutnya dilaksanakan demi memenuhi keperluan tersebut? pendidikan yang di butuhkan remaja saat ini adalah pendidikan yang baik dan bermutu. Yaitu  pendidikan yang mampu menciptakan para siswa didik yang sehat, dalam artian sehat rohmani dan jasmani, kemudian mandiri, berbudaya, berakhlak muliya, berpengetahuan luas menguasai teknologi.serta cinta tanah air, dan yang paling penting dapat beretos kerja atau dapat menciptakan dan membuka lapangan usaha baru. Merubah semua sistem lama, mengakhiri pembelajaran menggunakan metode ceramah, dimana guru menerangkan panjang lebar dan siswa hanya mendengarkan. Metode ini sudah tidak efektif lagi, karena mengajar dengan metode ceramah hanya membuat pelajar bosan, mengantuk atau bahkan absen dari pelajaran dan pergi ke tempat lain yang bisa menjerumuskannya pada hal-hal negatif.
Untuk mewujudkan pendidikan yang dinamis, para pendidik (guru) harus mampu menghidupkan suasana/ situasi yang menarik dalam setiap pembelajaran. Misalnya mengajak siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran dengan mengajak diskusi dengan membuat slide-slide yang kreatif dan inovatif. Selain itu bisa mengajak siswa untuk belajar sambil bermain, dengan memberikan permainan-permainan yang mendidik. Bahkan sekali-kali mengajak siswanya untuk belajar di luar kelas (study tour) agar siswa tidak jenuh dengan situasi belajar di kelas. Hal ini efktif karena dapat  meminimalisir terjadinya kasus siswa yang melmun dan tidur di dalam kelas selain itu dapat mendidik siswa menjadi siswa yang aktif dan kritis.
Semua metode pembelajaran diatas bisa terwujud jika guru (pendidik) mampu manage dengan baik. Karena bisa dikatakan bahwa pendidikan yang berkualitas  biasanya ditentukan oleh pendidik (Guru) yang berkualitas pula. Guru yang sekarang menjadi salah satu harapan dalam menata kembali moralitas bangsa yang lambat laun mulai tergerus kapitalisme dan budaya-budaya asing yang tidak sehat. Seorang Guru sebagai pembangun moralitas bangsa hendaknya memeiliki kompetensi yang benar-benar lengkap. Disamping menguasai suatu bidang keilmuan tertentu, seorang Guru juga haruslah memegang prinsip-prinsip moral dan agama. Guru dituntut untuk mampu membentuk karakter siswa yang baik dan berakhlaqul karimah, sehingga menjadi manusia yang luhur budi pekertinya. Selain itu seorang Guru juga dituntut untuk bisaemahami tingkat emosi siswa yang terkadang tidak stabil. Pada saat seorang Guru melihat siswanya tdk focus dan melamun, seorang Guru yang baik seharusnya tak lantas memarahi dan mengusirnya keluar kelas. Akan tetapi seorang Guru yang bijak akan menanyakan sebab atau alasan mengapa mereka tidak focus dan melamun pada saat belajar di kelas.
 Tidak dapat dipungkiri terkadang siswa juga butuh didengarkan keluh kesahnya bahkan ocehannya. Dan ternyata hal ini serasa perlu mendapatkan perhatian dari para pendidik. Kenyataan sekarang ini banyak remaja tiba-tiba depresi dan cenderung lari ke arah negatif ketika menghadapi masalah, meski kadang-kadang hanya masalah sederhana yang sebenarnya bisa diselesaikan dengan mudah. Sehingga stabilitas psikis siswa menjadi penting bagi Guru yang mencoba mengarahkan siswa ke sudut pandang yang lebih positif.
Selain itu, untuk mengatasi semua problema remaja yang ada saat ini, hendaknya kita kembalikan semua permasalahan ini kepada pendidikan agama sebagai pemecahan atau solusi terbaik. Pendidikan agama dirasa penting  bagi remaja, karena merupakan ajaran yang murni bersumber dari tuhan yang di dasarkan pada al-quran dan as-sunnah. Dengan membekali pendidikan agama yang kuat pada remaja, hal ini akan membantu remaja dalam membentengi diri seorang remaja dari pengaruh buruk perubahan zaman. Pendidikan agama islam memegang aspek penting dalam kehidupan manusia karena pendidikan adalah pedoman hidup bagi manusia untuk penyempurna akhlak manusia sebagaimana tertulis dalam sebuah hadist yang mengatakan bahwa Allah menurunkan islam di dunia ini adalah sebagai penyempurna akhlaq manusia. Sehingga dengan demikian bisa di katakana bahwa banyaknya degradasi moral yang terjadi pada kaum remaja saat ini karena kurangnya pendidikan agama yang mereka terima. Kita melihat di sekolah-sekolah, pelajaran agama mulai tergeser dengan pelajaran non agama. Padahal kita tahu bahwa sesungguhnya ilmu tidak akan seimbang tanpa di landasi dengan pendidikan agama. Untuk itu di butuhkan system pendidikan yang dinamis, yang mampu mengoptimalkan pengajaran agama di sekolah-sekolah sehingga antara pendidikan non agama dan agama terjadi keseimbangan yang bisa berjalan bersama dalam proses pembelajaran di sekolah, sehingga kaum remaja tidak hanya  ahli di bidang non agamis tapi juga kaya akan pengetahuan agama yang mempuni, sehingga bagaimanapun pengaruh buruknya perubahan zaman tidak akan mempengaruhi kehidupan remaja.
Segala usaha harus kita kerahkan demi memperbaiki dan membangun remaja/pemuda yang strategis. Strategis maksudnya bisa menempatkan diri pada posisi yang baik sebagai penerus bangsa, pengisi kemerdekaan yang tangguh dan dapat di andalkan. Sebagaimana tertulis dalam hadist: “ Maju Mundurnya suatu bangsa tergantung pada para pemudahnya ”. Kaum muda  Indonesia memiliki modal sejarah yang sangat besar bagi kelahiran dan pembangunan bangsa. Dimulai dari kebangkitan nasional (1908), sumpah pemuda (1928), proklamasi kemerdekaan (1945), penumpasan pemberontakan PKI (1948) dan (1965), sampai gerakan reformasi di tahun 1998.Disamping itu sejarah juga mencatat jika pemuda tidak mendesak Soekarno dan Hatta mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia tahun 1945 mungkin sampai saat ini Indonesia masih terjajah.
 Dan saat ini tiba masanya kaum muda tidak hanya sebagai operator dalam generasi yang terbukti gagal. Tapi kita tunjukkan bahwa dengan meminimalisir terjadinya kenakalan remaja akan memicu bangkitnya pemimpin-pemimpin Indonesia.
Dalam konteks keindonesiaan saat ini, kita membutuhkan pemimpin yang dapat menggelorakan semangat rakyat Indonesia untuk lebih maju. Dalam membawa perubahan demi kemajuan bangsa Indonesia di era global ini. Bangsa ini merindukan kebagkitan pemimpin kaum muda dengan spirit yang berapi-api sebagai simbol perubahan, dan semoga kaum muda memiliki kepercayaan diri untuk tami dan berani menawarkan solusi bagi bangsa di era modernisasi dengan merebut kepemimpinan hari ini. Krisis multidimensi negeri ini dapat diduga akibat banyaknya "orang tua" dengan "pikiran-pikiran tua" yang masih tetap muncul dalam kekuasaan. Generasi tua identik sikap konvensional, berpikiran mundur, dan anti perubahan, sebaliknya generasi muda penuh semangat dan cenderung membawa perubahan. Revolusi kebudayaan dan cara pandang dalam mengelolah bangsa ini harus dimulai dengan menciptakan habitus baru dalam berprilaku, khususnya pada generasi muda. Sehingga dengan demikian, pemuda bisa bangkit menjadi remaja atu pemuda yang strategis, terdidik dan bukan menjadi remaja yang tragis, yang larut dalam arus gelapnya era modernisasi yang berdampak negative pada kehidupan remaja.