Senin, 26 Januari 2015

DIAGNOSIS YANG TERTUNDA


Edisi 09 Januari 2015
DIAGNOSIS YANG TERTUNDA
My wonderfull doctor

Tak banyak cerita hari ini. Namun semoga dengan cerita pendek ini bisa memberi pencerahan atau setidaknya memberi kekuatan untuk teman-teman yang mungkin sedang berada pada kondisi yang sama dengan kegelisahan yang sama.
Di era modern ini, banyak sekali muncul penyakit-penyakit yang mungkin dulunya hanya menginfeksi orang-orang yang telah lanjut usia, namun tidak untuk masa sekarang ini, kawula muda juga memiliki faktor resiko yang tinggi untuk terjangkit penyakit. Utamanya untuk kaum wanita, diantaranya yang banyak terjadi saat ini yaitu ancaman terjangkit kanker serviks, kanker payudara, FAM, HIV, dll.
Kanker serviks dan kanker payudara saat ini menjadi penyebab tertinggi kematian pada wanita. Sebagai gerakan pencegahan sebaiknya dilakukan pemeriksaan dini, supaya penyakitnya bisa dideteksi sejak dini dan bisa segera diobati. Namun seringkali yang terjadi di lapangan, karena penyakit-penyakit tersebut berada pada area yang sensitif dan vital bagi seorang wanita, cenderung membuat para wanita takut dan malu untuk periksa, utamanya jika wanita tersebut masih single.
Hal demikian pernah terjadi padaku. Saat itu sekitar 3 tahun yang lalu ketika aku mengikuti seminar kemuslimahan yang membahas mengenai kesehatan wanita. Di seminar itu dijelaskan secara gamblang tentang penyakit-penyakit yang terjadi pada wanita tanpa ada yang ditutup-tutupi. Hal-hal yang sebelumnya tabu jadi begitu jelas saat itu, karena semua penjelasan dari pembicara disertai gambar yang konkret dan kebetulan semua peserta dan pembicara saat itu semuanya perempuan.
            Dari seminar tersebut sang dokter yang kala itu menjadi pembicara mewanti-wanti untuk para perempuan agar lebih cerdas dalam memahami penyakit-penyakit ini. Dokter tersebut mengatakan “ setelah seminar ini, silahkan di periksa masing-masing dirumaha, jika menemukan keanehan pada area payudara maupun organ V, maka segera periksa kedokter.”
Setelah pulang dari seminar itu aku semakin diselimuti kegelisahan, karena memang dari awal sebelum ikut seminar aku merasakan ketidakberesan pada area payudara, namun karena ketakutanku dan rasa maluku yang begitu kuat, sehingga urung niatku untuk periksa kedokter saat itu. Aku takut jika nanti periksa dan ternyata positif bagaimana!!?aku takut jika harus dioperasi bagaimana!!?ku takut jika kemungkinan terburuk harus diangkat bagaimana!!?ku malu jika yang memeriksaku dokter laki-laki ku harus bagaimana!!? Ya, fikiran-fikiran negatif itu terus menguasaiku hingga 3 tahun berjalan. Aku hidup dalam kekhawatiran dan ketakutan yang ku bentuk sendiri dari pola pikir yang salah dan terlalu jauh berangan-angan.
            Sampai akhirnya tibalah hari ini. Setelah usiaku mulai menginjak kepala dua, ku beranikan diri untuk periksa, ku  menyadari arti pentingnya kesehatan dan aku juga sadar bahwa suatu hari nanti aku akan menikah dan aku tak ingin ketakutan ini berlanjut terus sampai aku berkeluarga, kasihan nasib suami dan anakku nantinya.
Sebelum ku putuskan periksa, ku pastikan dulu dokter yang akan memeriksaku adalah dokter perempuan. Ku cari info sebanyak-banyaknya tentang rumahsakit dan dokter yang akan memeriksaku. Dan waktu pemeriksaanpun tiba, ku masuk ke ruangan poli umum dan di tangani oleh dokter K. Saat itu juga ku sampaikan semua keluhanku sejelas-jelasnya tanpa ada yang ku tutupi. Saat itu belum sampai pemeriksaan fisik, namun dari percakapanku dengan beliau, akhirnya beliaupun langsung merujuk ke poli bedah. Sontak aku kaget dan semakin takut. Namun lagi-lagi dokter K menenangkanku dan menguatkan ku untuk tidak usah takut, apalagi malu, karena ini masalah kesehatan  sehingga penting untuk periksa sampai tuntas. Dan sempat juga beliau cerita kalau beliau dulu pernah operasi di area yang sama denganku, dengan kasus penyakit yang jauh lebih parah, dan akhirnya sembuh dan bisa hidup normal sampai sekarang. Dari cerita dokter K tersebut, kebesaran hatiku muncul, keberanianku mulai bangkit, dan optimisme untuk periksa sampai tuntaspun hadir.
Sebelum aku keluar dari ruang dokter, dokter K kembali berpesan “ adek jangan takut, jangan malu, jangan biarkan fikiran-fikran negatif menguasaimu, jangan berangan-angan terlalu jauh, hadapi apa yang ada di depan, ingat ya..periksa ke poli bedah bukan berarti harus di bedah, tetap optimis, lakukan pemeriksaan sampai tuntas, dan kamu pasti sembuh.”aku keluar dari ruangan dokter dengan hati yang lebih kuat, dan optimisme yang tinggi. Aku bersyukur, meskipun dokter K belum memeriksaku dan menentukan diagnosisnya, namun aku bahagia bisa bertemu dengan beliau karena beliau telah berhasil menumpas habis ketakutanku, perasaan malu dan juga fikiran-fikiran negatifku tentang penyakitku.
Tanpa berfikir lama, ku pergi ke poli bedah, dan lagi-lagi aku belum didiagnosis sudah dirujuk ke Lab.Radiologi untuk melakukan USG karena dicurigai ada benjolan. Karena aku penasaran ingin segera tahu diagnosis penyakitku, akhirnya tanpa waktu lama aku langsung membuat janji dengan dokter spesialis radiologi. Akhirnya, waktu USG itu datang, sembari di USG ku bertanya banyak hal tentang kegelisahanku selama ini pada dokter radiologi saat itu, semuanya ku tanyakan tanpa ada yang kututupi. Dari hasil USG dokternya bilang kalau aku sehat, payudaraku normal, tidak ada yang perlu dikhawatirkan, kecurigaan benjolan tersebut sebenarnya adalah kelenjar yang memang normal adanya, dan kegelisahanku selama ini yang tadinya ku kira itu adalah ketidak beresan (ketidak normalan) ternyata dalam dunia medis itu masih normal (fisiologis). Mendengar itu tak henti-hentinya aku bersyukur, alhamdulillah ya Allah..aku keluar dari ruang USG dengan hati yang lega seperti ada hempasan angin yang menyejukkan. Terimakasih ya Allah..
Dari semua ceritaku diatas, dapat diambil banyak hikmah, bahwa memang benar kalau kita terkadang terlalu dikuasai oleh fikiran-fikiran negatif, sehingga muncul ketakutan dan kekhawatiran yang tak beralasan dan bahkan kita juga sering terlalu jauh berangan-angan yang bukan-bukan hingga tanpa sadar itu menguasai alam bawah sadar kita dan membentuk sikap dan pribadi kita dalam memandang suatu permasalahan sehingga outputnya menjadi sesuatu yang tidak logis lagi.
Cerita diatas sebenarnya sedikit pribadi memang, tapi sengaja saya share pada teman-teman semua, sebagai bahan pelajaran dan bisa diambil hikmah atau mungkin bisa sebagai motivasi untuk menguatkan hati. Semoga cerita ini bisa sedikit membantu mengatasi kekhawatiran dan kegundahan hati teman-teman sekalian yang sedang mengalami kasus yang sama di tempat yang berbeda.
So tunggu apa lagi, jika teman-teman sudah merasakan keanehan dan ketidak beresan pada tubuh teman-teman, segera periksakan pada dokter, karena mencegah lebih baik daripada mengobati. Lakukan sekarang juga sebelum terlambat. Sedikit saran jika memang malu diperiksa oleh dokter cowok, kita bisa meminta dokter cewek yang memeriksa. Alhamdulillah dokter yang memeriksaku kemarin dari mulai dokter umum, dokter bedah, dan dokter radiologi, semuanya perempuan. So ndak ada alasan untuk menunda periksa Cuma karena malu dan takut diperiksa oleh dokter cowok lg ya...Jangan ditunda-tunda, jangan biarkan ketakutan dan kekhawatiranmu berlarut-larut menguasai fikiranmu.. do it right now.. God Bless You...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar