Edisi 09 Januari 2015
DIAGNOSIS
YANG TERTUNDA
My
wonderfull doctor
Tak banyak cerita hari ini. Namun semoga
dengan cerita pendek ini bisa memberi pencerahan atau setidaknya memberi
kekuatan untuk teman-teman yang mungkin sedang berada pada kondisi yang sama
dengan kegelisahan yang sama.
Di
era modern ini, banyak sekali muncul penyakit-penyakit yang mungkin dulunya
hanya menginfeksi orang-orang yang telah lanjut usia, namun tidak untuk masa
sekarang ini, kawula muda juga memiliki faktor resiko yang tinggi untuk
terjangkit penyakit. Utamanya untuk kaum wanita, diantaranya yang banyak
terjadi saat ini yaitu ancaman terjangkit kanker serviks, kanker payudara, FAM,
HIV, dll.
Kanker serviks dan kanker payudara saat ini
menjadi penyebab tertinggi kematian pada wanita. Sebagai gerakan pencegahan
sebaiknya dilakukan pemeriksaan dini, supaya penyakitnya bisa dideteksi sejak
dini dan bisa segera diobati. Namun seringkali yang terjadi di lapangan, karena
penyakit-penyakit tersebut berada pada area yang sensitif dan vital bagi
seorang wanita, cenderung membuat para wanita takut dan malu untuk periksa,
utamanya jika wanita tersebut masih single.
Hal
demikian pernah terjadi padaku. Saat itu sekitar 3 tahun yang lalu ketika aku
mengikuti seminar kemuslimahan yang membahas mengenai kesehatan wanita. Di
seminar itu dijelaskan secara gamblang tentang penyakit-penyakit yang terjadi
pada wanita tanpa ada yang ditutup-tutupi. Hal-hal yang sebelumnya tabu jadi
begitu jelas saat itu, karena semua penjelasan dari pembicara disertai gambar
yang konkret dan kebetulan semua peserta dan pembicara saat itu semuanya
perempuan.
Dari seminar tersebut sang dokter
yang kala itu menjadi pembicara mewanti-wanti untuk para perempuan agar lebih
cerdas dalam memahami penyakit-penyakit ini. Dokter tersebut mengatakan “
setelah seminar ini, silahkan di periksa masing-masing dirumaha, jika menemukan
keanehan pada area payudara maupun organ V, maka segera periksa kedokter.”
Setelah
pulang dari seminar itu aku semakin diselimuti kegelisahan, karena memang dari
awal sebelum ikut seminar aku merasakan ketidakberesan pada area payudara,
namun karena ketakutanku dan rasa maluku yang begitu kuat, sehingga urung
niatku untuk periksa kedokter saat itu. Aku takut jika nanti periksa dan
ternyata positif bagaimana!!?aku takut jika harus dioperasi bagaimana!!?ku
takut jika kemungkinan terburuk harus diangkat bagaimana!!?ku malu jika yang
memeriksaku dokter laki-laki ku harus bagaimana!!? Ya, fikiran-fikiran negatif
itu terus menguasaiku hingga 3 tahun berjalan. Aku hidup dalam kekhawatiran dan
ketakutan yang ku bentuk sendiri dari pola pikir yang salah dan terlalu jauh
berangan-angan.
Sampai akhirnya tibalah hari ini.
Setelah usiaku mulai menginjak kepala dua, ku beranikan diri untuk periksa,
ku menyadari arti pentingnya kesehatan
dan aku juga sadar bahwa suatu hari nanti aku akan menikah dan aku tak ingin
ketakutan ini berlanjut terus sampai aku berkeluarga, kasihan nasib suami dan
anakku nantinya.
Sebelum
ku putuskan periksa, ku pastikan dulu dokter yang akan memeriksaku adalah
dokter perempuan. Ku cari info sebanyak-banyaknya tentang rumahsakit dan dokter
yang akan memeriksaku. Dan waktu pemeriksaanpun tiba, ku masuk ke ruangan poli
umum dan di tangani oleh dokter K. Saat itu juga ku sampaikan semua keluhanku
sejelas-jelasnya tanpa ada yang ku tutupi. Saat itu belum sampai pemeriksaan
fisik, namun dari percakapanku dengan beliau, akhirnya beliaupun langsung
merujuk ke poli bedah. Sontak aku kaget dan semakin takut. Namun lagi-lagi
dokter K menenangkanku dan menguatkan ku untuk tidak usah takut, apalagi malu,
karena ini masalah kesehatan sehingga
penting untuk periksa sampai tuntas. Dan sempat juga beliau cerita kalau beliau
dulu pernah operasi di area yang sama denganku, dengan kasus penyakit yang jauh
lebih parah, dan akhirnya sembuh dan bisa hidup normal sampai sekarang. Dari
cerita dokter K tersebut, kebesaran hatiku muncul, keberanianku mulai bangkit,
dan optimisme untuk periksa sampai tuntaspun hadir.
Sebelum aku keluar dari ruang dokter, dokter
K kembali berpesan “ adek jangan takut, jangan malu, jangan biarkan
fikiran-fikran negatif menguasaimu, jangan berangan-angan terlalu jauh, hadapi
apa yang ada di depan, ingat ya..periksa ke poli bedah bukan berarti harus di
bedah, tetap optimis, lakukan pemeriksaan sampai tuntas, dan kamu pasti
sembuh.”aku keluar dari ruangan dokter dengan hati yang lebih kuat, dan
optimisme yang tinggi. Aku bersyukur, meskipun dokter K belum memeriksaku dan
menentukan diagnosisnya, namun aku bahagia bisa bertemu dengan beliau karena
beliau telah berhasil menumpas habis ketakutanku, perasaan malu dan juga
fikiran-fikiran negatifku tentang penyakitku.
Tanpa berfikir lama, ku pergi ke poli bedah,
dan lagi-lagi aku belum didiagnosis sudah dirujuk ke Lab.Radiologi untuk
melakukan USG karena dicurigai ada benjolan. Karena aku penasaran ingin segera
tahu diagnosis penyakitku, akhirnya tanpa waktu lama aku langsung membuat janji
dengan dokter spesialis radiologi. Akhirnya, waktu USG itu datang, sembari di
USG ku bertanya banyak hal tentang kegelisahanku selama ini pada dokter
radiologi saat itu, semuanya ku tanyakan tanpa ada yang kututupi. Dari hasil
USG dokternya bilang kalau aku sehat, payudaraku normal, tidak ada yang perlu
dikhawatirkan, kecurigaan benjolan tersebut sebenarnya adalah kelenjar yang
memang normal adanya, dan kegelisahanku selama ini yang tadinya ku kira itu
adalah ketidak beresan (ketidak normalan) ternyata dalam dunia medis itu masih
normal (fisiologis). Mendengar itu tak henti-hentinya aku bersyukur,
alhamdulillah ya Allah..aku keluar dari ruang USG dengan hati yang lega seperti
ada hempasan angin yang menyejukkan. Terimakasih ya Allah..
Dari semua ceritaku diatas, dapat diambil
banyak hikmah, bahwa memang benar kalau kita terkadang terlalu dikuasai oleh
fikiran-fikiran negatif, sehingga muncul ketakutan dan kekhawatiran yang tak
beralasan dan bahkan kita juga sering terlalu jauh berangan-angan yang
bukan-bukan hingga tanpa sadar itu menguasai alam bawah sadar kita dan membentuk
sikap dan pribadi kita dalam memandang suatu permasalahan sehingga outputnya
menjadi sesuatu yang tidak logis lagi.
Cerita diatas sebenarnya sedikit pribadi
memang, tapi sengaja saya share pada teman-teman semua, sebagai bahan pelajaran
dan bisa diambil hikmah atau mungkin bisa sebagai motivasi untuk menguatkan
hati. Semoga cerita ini bisa sedikit membantu mengatasi kekhawatiran dan
kegundahan hati teman-teman sekalian yang sedang mengalami kasus yang sama di
tempat yang berbeda.
So tunggu apa lagi, jika teman-teman sudah
merasakan keanehan dan ketidak beresan pada tubuh teman-teman, segera
periksakan pada dokter, karena mencegah lebih baik daripada mengobati. Lakukan
sekarang juga sebelum terlambat. Sedikit saran jika memang malu diperiksa oleh
dokter cowok, kita bisa meminta dokter cewek yang memeriksa. Alhamdulillah
dokter yang memeriksaku kemarin dari mulai dokter umum, dokter bedah, dan
dokter radiologi, semuanya perempuan. So ndak ada alasan untuk menunda periksa
Cuma karena malu dan takut diperiksa oleh dokter cowok lg ya...Jangan
ditunda-tunda, jangan biarkan ketakutan dan kekhawatiranmu berlarut-larut
menguasai fikiranmu.. do it right now.. God Bless You...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar